Diam dan Dengarkan, Dengarkan dengan Tabayyun



Al-Hujrat Ayat 6

Berhenti sejenak lalu diam dan banyak mendengarkan, mendengarkan hal yang postif untuk membangun imun tubuh menjadi lebih sehat. Tidak ada resolusi tahun ini, tidak ada yang ingin aku harus tuntaskan dan selesaikan. Tahun ini, aku belajar untuk lebih banyak mencintai diri ku sendiri, membangun keakraban dan ramah pada diriku sendiri, menjadi pribadi yang penuh bersyukur atas segala hal yang sudah Allah berikan kepadaku, tanpa “tapi” bahkan “atau”. Keburukan tidak akan pernah habis dan tidak akan pernah selesai di setiap detik, menit, dan jam. Namun, keburukan lah yang terkadang membawa ku ke tempat yang lebih tinggi untuk melihat bahwa kebaikan ada di sela-sela itu.

Minggu, 2 Agustus 2020. Iya, sudah 7 bulan menghadapi kesulitan ini, kesulitan masa pandemic covid-19. Keburukan yang benar-benar tidak diduga oleh siapapun yang mengubah apapun. Semua rencana dan tujuan harus dipikir ulang demi keselamatan semua manusia. Sedih rasanya bila diingat diawal bahkan sampai saat ini, bahwasanya diluar sana banyak yang masih berjuang demi kesembuhan, demi kembali menghirup oksigen dari bumi yang kami sayangi, demi bertemu dengan sanak saudara, demi berkumpul lagi bercerita dengan kehangatan pelukan dan tawa bersama tanpa harus dibatasi dinding layar. Kesepian sebelum pandemic ini terjadi sangat menyiksa batin, penyiksaan ini makin bertambah dengan kehilangan orang-orang yang kita sayangi, orang-orang yang selalu memberikan kehangatan.

Pandemi ini merupakan suatu keburukan. Ya, keburukan. Keburukan yang terungkap dari setiap manusia. Pandemi ini cukup memperlihatkan bagaimana orang-orang tanpa hati nurani saling egois satu sama lain demi bertahan. Keburukan dari sebuah egois sudah aku lihat sebelum ini, dari diri ku sendiri, dari orang terdekat bahkan terjauh. Ujian Allah yang ini sangat memberikan pelajaran hidup bahwa memang ada keegoisan tersebut, keegoisan dari manusia tanpa nurani. Sepasang saling cinta bahkan bisa berai, keluarga utuh bisa hancur, kekompakan persahabatan bahkan bisa luluh. Aku sering bertanya pada diri ku sendiri, sejauh apa aku keburukan ku, sebanyak apa aku merugikan orang lain?

Hari ini, aku mencoba berhenti membaca segala macam berita mengenai covid-19 ini. Bukan karena aku mulai tidak peduli, tapi semakin ku membaca, sakit hati yang aku terima membuat imun tubuhku makin kacau. Hoax tiada habis nya menggerogoti keprihatinan, hoax menggiring opini masyarakat untuk tidak saling peduli, hoax membuat semuanya jadi acuh tak acuh. Sangat mengerikan. Berbondong-bondong manusia membuat keonaran demi bertahan, bukan bertahan hidup, tapi bertahan untuk membuat keonaran. Bisakah kalian diam??? Ingin rasanya aku teriak di telinga mereka yang membuat keonaran tersebut untuk tidak lagi membuat keonaran. Cara mereka plagmatis, menjadi masyarakat yang tanpa pengetahuan dibudakan kebodohan. Menganggap semua nya baik-baik saja, sedangakan manusia gugur setiap hari nya tanpa kasih sayang, tanpa keluarga.

Sebulan yang lalu, aku mengakses dari Youtube sebuah video documenter (link dibawah ini) mengenai bumi, dimana kami harus diam dan mendengrkan. Respon saya  setelahnya hanya bisa tertegun dan berdoa, semoga semua ini akan baik-baik saja. Semoga peritiwa ini memberikan kita pelajaran untuk mengevaluasi diri.

Diam dan Dengarkan



Komentar

Postingan Populer